MAKALAH PEREKONOMIAN INDONESIA
DAYA SAING PRODUK DALAM NEGERI DITENGAH
PERDAGANGAN BEBAS GLOBAL
DISUSUN OLEH :
DYAH RETNOWATI 11417141035
ILMU
ADMINISTRASI NEGARA REGULER
FAKULTAS
ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS
NEGERI YOGYAKARTA
2012
BAB I
PENDAHULUAN
Pada
era pasar global ini, banyak negara yang berlomba-lomba untuk meningkatkan
pertumbuhan ekonominya. Sebagai Negara berkembang, Indonesia pun turut serta
dalam upaya meningkatan pertumbuhan ekonomi dalam negeri. Pertumbuhan ekonomi
ini diwarnai dengan perubahan lingkungan yang cepat dan perkembangan tekonologi
informasi yang pesat.
Krisis
ekonomi yang melanda Indonesia tahun 1997-1998 telah membuka kesadaran akan
pentingnya makna ketergantungan antara suatu Negara terhadap Negara lain yang
membentuk suatu liberalisasi perdagangan dengan wujud perdagangan bebas,
perdagangan bebas dapat juga didefinisikan sebagai tidak adanya hambatan buatan
(hambatan yang diterapkan pemerintah) dalam perdagangan antar
individual-individual dan perusahaan-perusahaan yang berada di negara yang
berbeda. Hal ini, liberalisasi perdagangan mempunyai pengaruh langsung terhadap
kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat Indonesia. Liberalisasi perdagangan
bertujuan meningkatkan perdagangan antar Negara anggota ASEAN (intra-ASEAN
trade), dan menarik lebih banyak penanaman modal asing (PMA).
Perkembangan ekonomi Indonesia dewasa ini
menunjukkan semakin terintegrasi dengan perekonomian dunia. Hal ini merupakan
konsekuensi dari dianutnya sistem perekonomian terbuka yang dalam aktivitasnya
selalu berhubungan dan tidak lepas dari fenomena hubungan internasional. Adanya
keterbukaan perekonomian ini memiliki dampak pada perkembangan neraca
pembayaran suatu negara yang meliputi arus perdagangan dan lalu lintas modal
terhadap luar negeri suatu negara. Saat perdagangan bebas diberlakukan,
perdagangan luar negeri Indonesia justru memperlihatkan data yang
mengkhawatirkan. Nilai ekspor Indonesia sepanjang 2009 merosot cukup tajam,
yakni sampai 14,98 persen dibanding 2008 (BPS/Data Republika, 2010).
Perdagangan
internasional yang sering dibatasi oleh berbagai pajak negara, biaya tambahan
yang diterapkan pada barang ekspor impor, dan juga regulasi non tarif pada barang
impor. Secara teori, semua hambatan-hambatan inilah yang ditolak oleh
perdagangan bebas. Namun dalam kenyataannya, perjanjian-perjanjian perdagangan
yang didukung oleh penganut perdagangan bebas ini justru sebenarnya menciptakan
hambatan baru kepada terciptanya pasar bebas. Perjanjian-perjanjian tersebut
sering dikritik karena melindungi kepentingan perusahaan-perusahaan besar. Dalam
makalah ini akan dibahas tentang seberapa kuatnya daya saing produk dalam
negeri Indonesia didalam perdagangan bebas itu sendiri.
BAB II
PEMBAHASAN
DAYA SAING PRODUK DALAM
NEGERI DITENGAH PERDAGANGAN BEBAS GLOBAL
Perdagangan
bebas adalah sebuah konsep ekonomi yang mengacu kepada Harmonized Commodity
Description and Coding System (HS) dengan ketentuan dari World Customs
Organization yang berpusat di Brussels, Belgium. penjualan produk antar negara
tanpa pajak ekspor-impor atau hambatan perdagangan lainnya. Perdagangan bebas
dapat juga didefinisikan sebagai tidak adanya hambatan buatan (hambatan yang
diterapkan pemerintah) dalam perdagangan antar individual-individual dan perusahaan-perusahaan
yang berada di negara yang berbeda (Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia
bebas). Perdagangan bebas merupakan suatu kegiatan jual beli produk antar
negara tanpa adanya kerumitan aturan
atau birokrasi yang mengatur perdagangan bebas itu didalam suatu Negara.
Sehingga, suatu Negara, perusahaan, atau perorangan sekalipun dapat menjual
produk yang diciptakannya di luar negeri. Begitu pula sebaliknya, Negara
lainpun dapat menjual produknya didalam negeri sehingga komsumen dapat
mendapatkan barang – barang kualitas internasional dengan mudah dan dengan
harga yang relatif terjangkau. Hal ini termasuk salah satu dampak dari
globalisasi yang semakin marak saat ini.
Globalisasi
adalah keterkaitan dan ketergantungan antar bangsa dan antar manusia di seluruh
dunia melalui perdagangan, investasi, perjalanan, budaya populer, dan
bentuk-bentuk interaksi yang lain sehingga batas-batas suatu negara menjadi
semakin sempit. Globalisasi
perekonomian merupakan suatu proses kegiatan ekonomi dan perdagangan, dimana
negara-negara di seluruh dunia menjadi satu kekuatan pasar yang semakin
terintegrasi dengan tanpa rintangan batas teritorial negara. Globalisasi
perekonomian mengharuskan penghapusan seluruh batasan dan hambatan terhadap
arus modal, barang dan jasa. Ketika globalisasi ekonomi terjadi, batas-batas
suatu negara akan menjadi kabur dan keterkaitan antara ekonomi nasional dengan
perekonomian internasional akan semakin erat. Globalisasi perekonomian di satu
pihak akan membuka peluang pasar produk dari dalam negeri ke pasar
internasional secara kompetitif, sebaliknya juga membuka peluang masuknya
produk-produk global ke dalam pasar domestik. Seperti itulah gambaran tentang
perdagangan bebas yang saat ini dianut oleh Indonesia dan negara-negara lainnya.
Nyatanya adanya perdagangan bebas
dapat memberikan keuntungan ataupun kerugian bagi negara yang menjalankannya. Keuntungan
bagi negara dan para pelaku perdagangan bebas pada umumnya didapat karena
produk yang dihasilkan mampu menembus pasaran global, sebagian adalah
produk-produk yang dapat merajai pasar global. Keuntungan yang dicapai tersebut
tidak lain karena kuatnya daya saing produk-produk yang diciptakan sehingga
dapat menembus pasar global. Sebaliknya, dalam perdagangan bebas kerugian akan
dialami oleh suatu negara yang masuk dalam perdagangan bebas apabila produk
dalam negara tersebut tidak mampu bersaing didalam pasar global, dengan kata
lain produk dalam negeri kalah dengan produk impor yang memiliki nama besar
atau yang lebih terkenal. Seperti yang dijelaskan salah satu sumber bahwa faktor-faktor
yang mempengaruhi keberhasilan perdagangan bebas. Pertama,
Industri sangat mempengaruhi dalam perdagangan bebas global. Kalangan industri
telah berulang kali mengemukakan bahwa rendahnya daya saing industri disebabkan
oleh permasalahan seperti keterbatasan suplai energi dan biaya yang tidak
bersaing, sistem dan aturan ketenagakerjaan tidak terkait produktivitas, infrastruktur
jalan dan pelabuhan, prosedur kepabeanan serta kinerja birokrasi yang menghambat
arus barang, akses pendanaan terbatas dan bunga kredit yang tidak bersaing,
hingga persaingan di pasar yang tidak fair. Kedua, merek ternama masih menjadi gantungan
karena membuat merek sendiri tidak mudah, dibutuhkan banyak promosi yang
memakan biaya besar.
Dari
gambaran perdagangan bebas dan faktor-faktor penunjang keberhasilan perdagangan
bebas diatas, akan dibahas bagaimana produk-produk dalam negeri berjuang untuk
mampu bersaing dalam pusaran perdagangan bebas yang semakin marak saat ini baik
daya saing produk dalam negeri yang lemah maupun produk-produk dalam negeri
yang memiliki daya saing yang cukup tinggi didalam pasar global.
Indonesia banyak memiliki produk dan
jasa unggulan yang berdaya saing internasional, namun sayangnya pasar global
kurang mengenal merek-merek produk tersebut. Indonesia memiliki produk-produk
unggulan seperti makanan, klinik kecantikan hingga fashion dengan kualitas
baik, sayangnya sangat sedikit merek lokal yang berhasil di pasar internasional.
Hal ini juga tidak lepas dari peran UKM (Usaha Kecil Mikro) sebagai salah satu
penopang perekonomian Indonesia, kemampuan daya saing pelaku usaha kecil mikro
(UKM) Indonesia dalam perdagangan ekspor dinilai masih sangat minim. Daya saing
global yang rendah dari UKM dapat menjadi hambatan serius bagi UKM. Tidak hanya
untuk menembus pasar global bahkan untuk memenangi persaingan dengan barang
impor di pasar domestik juga akan berat. Berdasar data yang dirilis APEC,
Indonesia menempati posisi terakhir untuk daya saing UKM, persoalan yang paling
utama yang dihadapi UKM Indonesia adalah lemahnya penggunaan fasilitas
internet, dan penguasaan teknologi. Sementara, berdasar data BPS, lanjut Tulus,
hambatan utama yang dihadapi UKM di Indonesia adalah keterbatasan modal dan
kesulitan pemasaran. Dari data tersebut yang diberikan BPS dapat disimpulkan
bersama APEC bahwa kesulitan pemasaran yang dihadapi UKM diperkirakan karena lemahnya
penggunaan fasilitas internet, dan penguasaan teknologi.
Selain alasan diatas, produk impor
juga menjadi salah satu hambatan produk lokal/ dalam negeri untuk Go Global.
Pasalnya impor produk konsumsi meningkat mengindikasikan produk lokal berkurang
digunakan, termasuk mudahnya ditemukan produk impor hingga diseluruh pelosok
daerah. Membanjirnya produk impor tersebut terlihat hadirnya berbagai macam
produk mulai dari buah-buahan, makanan ringan, hingga mainan anak-anak.
Ditambah
lagi pada januari 2010 yang lalu Indonesia telah menandatangani perjanjian
ASEAN Forum Trade Agreement – China sebagai bagian dari program pasar bebas menjadi
salah satu ancaman produk Indonesia adalah membanjirnya produk-produk China.
Produk-produk China yang masuk ke Indonesia dengan harga yang sangat murah.
Tentu saja konsumen akan memilih produk-produk yang murah meskipun dengan
kualitas yang sedang. Namun dalam jangka panjang justru akan mengancam produk
dalam negeri. Hal ini tentu menghambat berkembangnya produk dalam negeri untuk
tetap eksis dalam pasaran global. Hal ini diperkuat olah hasil survei
Kementrian Perindustrian menyimpulkan pemberlakuan ASEAN-China Free Agreement
(ACFTA) telah menciutkan pasar produksi produk-produk dalam negeri. Produk
elektronik asal China yang terlaris adalah jenis laptop dan telepon seluler
(ponsel). Total nilai impornya Rp 52 triliun di tahun 2011. Data dari Kementrian
Perindustrian menunjukkan, selama periode 2007-2011, impor produk elektronik
China mengalami pertumbuhan hingga 51,4 persen. Laptop dan ponsel mendominasi
produk impor tersebut. Impor laptop
memberikan kontribusi terbesar yakni sekitar 1 miliar dolar AS atau (Rp 9
triliun) atau naik 15,04 persen dari hasil tahun 2010. Produk-produk impor
lainnya, seperti radio, telegraf, hardisk, dan berbagai komponen komputer juga
ikut mengalami kenaikan, dan akibatnya impor produk China langsung membanjiri
pasar lokal lantaran beluum adanya tameng pelindung non tarif dan juga industri
dalam negeri mengalami penurunan penjualan. Tentu saja hal tersebut menurunkan
eksistensi daya saing produk-produk dalam negeri dikancah pasaran global.
Namun bukan berarti adanya alasan-alasan
yang menghambat produk dalam negeri tersebut menghambat keseluruhan produk
Indonesia tidak dapat menembus pasar global. Beberapa produk Indonesia tidak
sedikit yang menunjukkan kuatnya daya saing produk dalam negeri terhadap produk
impor dalam pusaran perdagangan bebas global. Berikut adalah beberapa produk
Indonesia yang mampu go Internasional :
1.
Casablanca
Banyak
orang menduga kalau merek parfum yang banyak dipakai eksekutif muda ini,
berasal dari perancis. Parfum casablanca, yang dalam iklan-iklannya banyak
menampilkan model-model bule itu, ternyata diproduksi di Muara Kapuk, Jakarta.
2.Essenza
Diproduksi
pertama kali tahun 1993, oleh PT.Intikeramik Alamsari Industri, Essenza telah
berhasil menembus pasar Singapura, AS, juga negara-negara Asia, Eropa, Afrika,
dan Timur Tengah. Bahkan telah diterima di Italia yang notabene merupakan salah
satu negara penghasil keramik terbaik dan terbesar di dunia.
3.Paseo
Paseo
merupakan brand tisu berkualitas premium yang diproduksi PT.Pindo Deli sejak tahun
1998. Paseo kini kini telah diekspor ke negara-negara Asia Tenggara (Singapura
dan Filipina), Australia, dan Belgia.
4.Silver
Queen
Silver
Queen, Chunky Bar, dan Ceres, produsennya adalah PT. Petra Foods, menjadi salah
satu pemain utama di pasar global. Petra Foods, perusahaan milik keluarga
Chuang ini, menjadi pesaing berat M&M’S, produsen coklat nomor wahid asal
Amerika. Produk-produk dari PT.Petra Foods tersebut juga telah merambah ke setidaknya
17 negara di antaranya Thailand, Jepang, Filipina, Hong Kong, Australia, dan
China.
5.Sophie
Martin
Sophie Martin didirikan oleh pasangan
suami-istri berkebangsaan Perancis, Bruno Hasson dan Sophie Martin. Pada tahun
1997 mereka datang ke Indonesia karena Bruno mendapat tugas di sebuah
perusahaan perancis yang ada di Indonesia. Ternyata tas-tas yang dipromosikan
dari mulut ke mulut tersebut, mendapat respon positif. Pintu untuk melebarkan
sayap pun terbentang lebar. Trik Sophie Martin dengan menambahkan kata
"paris" di belakang brand Sophie Martin tersebut ternyata cukup
berhasil, dan mengecoh banyak konsumen.
6.L
E A
Merek
Jeans ini ternyata produk asli Indonesia. Meskipun toko dan iklannya bau-bau
Amerika, namun produk ini murni made in Indonesia.
7.POLYTRON
Melihat
atau mendengar merek Polytron, boleh jadi yang terbayangkan adalah produk
elektronik dari luar negeri. Padahal, sesungguhnya Polytron lahir di Tanah Air,
di Kudus, Jawa Tengah (Jateng), yang kemudian menembus pasar Eropa, ASEAN, Timur
Tengah, dan Australia. Bahkan, Polytron bisa dikatakan kini tinggal
satu-satunya produk nasional-tanpa prinsipal-yang masih bertahan, setelah
melalui perjuangan panjang dan gelombang pasang surutnya industri elektronik
nasional.
8.Edward
Forrer
Edward
Forrer adalah perusahaan alas kaki dan tas asal Indonesia. Perusahaan ini
dinamakan sesuai nama pendirinya, Edward Forrer, atau lebih sering disapa Edo.
Dimulai dengan memproduksi sepatu pada tahun 1989 di Bandung, kini Edward
Forrer memiliki lebih dari 50 gerai di Indonesia, Australia, Malaysia, dan
Hawaii. Edward Forrer memiliki kantor pusat di jalan Veteran No.44 Bandung,
Jawa Barat.
9.
EIGER
Merek-merek
tas yang sudah populer seperti: Eiger, Export, Neosack, Bodypack, Nordwand,
Morphosa, World Series, Extrem, Vertic, Domus Danica, Broklyn dll, adalah
Produk yang di hasilkan oleh B&B Incorporations (B&B Inc.) yang merajai
pasar tas yang ada di Indonesia, pemiliknya Rony Lukito adalah asli orang
Indonesia. Produk Rony juga tersedia di berbagai outlet modern seperti Toserba
Ramayana, Matahari Departemen Store, Robinson, dan berbagai hypermart seperti
Carrefour, hingga jaringan toko-toko buku seperti Gramedia, dan Gunung Agung
belum lagi toko-toko dan grosir tradisional lainnya.
10.Broco
Brand
ini merupakan milik PT.Broco Mutiara Electrical Industry, yang berdiri pada
tahun 1985, dan memproduksi alat-alat dan instrumen kelistrikan. Kini
produk-produk Broco telah banyak digunakan, baik oleh bangunan komersial,
tempat tinggal, maupun hotel bintang 5.
11.
The
Executive
Sebelumnya
bernama "Executive 99" yang lahir tahun 1974. Lalu pada tahun 1985
berganti pemilik, dan tahun 2000 berganti nama menjadi The Executive. Saat ini,
brand The Executive bisa dijumpai di Malaysia, Singapura, dan beberapa negara
Asia Tenggara lainnya
12.Buccheri
Produk-produk
dari Buccheri adalah Sepatu dan Tas Kulit. Diproduksi mulai tahun 1980 melalui
PT. Vigano Cipta Perdana. Banyak orang tak menyangka, bahwa merek besutan
Ediansyah ini merupakan produk asli buatan Indonesia. Mayoritas penikmat sepatu
dan tas kulit menyangka bahwa Buccheri adalah buatan Italia.
13.Excelso
Excelso
ini adalah salah satu anak perusahaan dari Kapal Api Group, yang cukup dikenal
dengan brand-nya Kopi Kapal Api. "Beroperasi sejak 1991 di Plaza
Indonesia, cafe Excelso telah menjelma menjadi salah satu ikon gaya hidup di
kota-kota besar di Indonesia" (dikutip dari majalah Swa edisi 29 April - 11
Mei 2010).
14.
Terry Palmer
Banyak
yang mengira Terry Palmer merupakan brand dari luar, padahal handuk Terry
Palmer tersebut diproduksi di Tangerang. Terry Palmer merupakan brand handuk
yang dimiliki oleh PT.Indah Jaya. Handuk yang diklaim sebagai handuk paling
higienis ini telah diekspor sampai ke Jepang, Australia, Amerika hingga
negara-negara Eropa.
15.California
Fried Chicken
Toko
makanan cepat saji terkemuka di Indonesia, California Fried Chicken (CFC) tidak
dari California, bahkan tidak didirikan di USA tp didirikan di Jakarta pada
tahun 1983, dan kini memiliki 183 outlet nasional. Didirikan di Jakarta pada
tahun 1983, dan kini memiliki 183 outlet nasional.
* Dan
masih banyak lagi produk-produk Indonesia yang menembus pasaran global.
Dari
data-data produk tersebut dapat dilihat bahwa produk-produk ternama seperti
yang dijabarkan diatas yang tidak disangka merupakan produk-produk asli
Indonesia, dapat menunjukkan bahwa daya saing produk-produk dalam negeri cukup
kuat untuk menembus pasar global. Ini berarti dalam perdagangan bebas global
tidak hanya produk-produk impor yang mampu merajai pasar global, akan tetapi
produk lokal pun juga dapat bersaing mengalahkan produk impor.
Dari
data tersebut dapat dilihat produk-produk tersebut terbentuk atau dibuat pada
tahun-tahun yang sudah lama, tentu lama juga untuk dapat mempromosikannya
hingga dapat tenar namanya dan menembus pasar global seperti saat ini. Ini juga
menjadi acuan bagi pengusaha-pengusaha di era perdagangan bebas global ini
untuk tetap optimis bersaing dalam pusaran global, meningkatkan daya saing yang
kuat untuk mampu mengalahkan produk impor yang saat ini membanjiri tanah air,
meningkatkan kualitas produk maupun kuantitas, serta dalam mempromosikan produk
menggunakan media yang sekiranya masyarakat luas tahu tentang produk dan
menarik sehingga masyarakat tertarik membeli produk.
Daya
saing yang kuat tidak hanya dapat diciptakan oleh produk dan pengusaha yang
terlibat, akan tetapi juga dapat diciptakan oleh masyarakat dalam negeri
sendiri yakni dengan membeli produk-produk asli Indonesia dibanding dengan
produk-produk impor. Dengan terus-menerus mendorong masyarakat untuk tidak
membeli barang-barang impor dan lebih diarahkan untuk menggunakan produk-produk
dalam negeri, dampaknya pasti akan sangat luar biasa. Barang-barang asing bisa
saja menjadi tak laku di pasaran. Dengan demikian, hal ini tentu akan bisa
semakin meningkatkan kembali dunia usaha dan industri nasional dalam pasaran
global dan ini berarti daya saing produk Indonesia lebih kuat daripada
produk-produk impor seperti halnya produk-produk dari China.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Perdagangan bebas dapat memberikan
keuntungan ataupun kerugian bagi negara yang menjalankannya. Keuntungan bagi
negara dan para pelaku perdagangan bebas pada umumnya didapat karena produk
yang dihasilkan mampu menembus pasaran global, sebagian adalah produk-produk
yang dapat merajai pasar global. Keuntungan yang dicapai tersebut tidak lain
karena kuatnya daya saing produk-produk yang diciptakan sehingga dapat menembus
pasar global. Sebaliknya, dalam perdagangan bebas kerugian akan dialami oleh
suatu negara yang masuk dalam perdagangan bebas apabila produk dalam negara
tersebut tidak mampu bersaing didalam pasar global, dengan kata lain produk
dalam negeri kalah dengan produk impor yang memiliki nama besar atau yang lebih
terkenal.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi keberhasilan perdagangan bebas. Pertama,
Industri sangat mempengaruhi dalam perdagangan bebas global. Kedua, merek ternama
masih menjadi gantungan karena membuat merek sendiri tidak mudah, dibutuhkan
banyak promosi yang memakan biaya besar. Dalam upaya menembus pasar global hambatan utama yang dihadapi UKM di
Indonesia sebagai salah satu penopang perekonomian Indonesia adalah
keterbatasan modal dan kesulitan pemasaran. Selain itu, produk impor juga
menjadi salah satu hambatan produk lokal/ dalam negeri untuk Go Global. Dengan
terus-menerus mendorong masyarakat untuk tidak membeli barang-barang impor dan
lebih diarahkan untuk menggunakan produk-produk dalam negeri, dampaknya pasti
akan sangat luar biasa. Barang-barang asing bisa saja menjadi tak laku di
pasaran. Dengan demikian, hal ini tentu akan bisa semakin meningkatkan kembali
dunia usaha dan industri nasional dalam pasaran global dan ini berarti daya
saing produk Indonesia lebih kuat daripada produk-produk impor seperti halnya
produk-produk dari China.
DAFTAR
PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Globalisasi
http://esti03mjk.blogspot.com/2012/05/impor-produk-china-kalahkan-produk.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar