PAPER
SEJARAH SOSPOL INDONESIA
SEJARAH SOSIAL POLITIK INDONESIA
TAHUN 1999─SEKARANG
DISUSUN OLEH :
DYAH
RETNOWATI 11417141035
ILMU
ADMINISTRASI NEGARA REGULER
FAKULTAS
ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS
NEGERI YOGYAKARTA
2012
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Indonesia
selama masa pemerintahan Soeharto yang otoriter mengalami keadaan buruk hingga
pada akhirnya Soeharto lengser dan digantikan oleh BJ Habibie pada tahun
1998-1999. Masa kepresidenan Habibie hanya berlangsung selama 1 tahun saja
karena banyaknya konflik-konflik yang melada Indonesia saat itu. Kekacauan
karena adanya konflik-konflik antar etnis maupun agama terjadi di banyak tempat
di Indonesia yang mengakibatkan para korban mengungsi di negari sendiri. Adanya
kasus pemisahan wilayah Timor Timur pada saat itu semakin membuat posisinya di
kursi kepresidenan melemah. Disaat Negara begitu kacau, rakyat bersiap-siap
menyelenggarakan pemilihan umum untuk yang pertama kalinya.
Pemilhan
umum yang diselenggarakan untuk pertama kalinya tersebut dimenangkan oleh
Megawati Sukarnoputri akan tetapi karena saat itu Presiden masih dipilih oleh
MPR, dan MPR memilih Abdurrhman Wahid sebagai Presiden maka Abdurrahman
Wahidlah yang menjadi Presiden menggantikan Habibie dan memilih Megawati
Sukarnoputri sebagai Wakil Presidennya. Abdurrahman Wahid mendorong
pluralisme dan keterbukaan di Indonesia. Masa pemerintahan Abdurrahman Wahid
diwarnai dengan gerakan-gerakan separatisme yang makin berkembang
di Aceh, Maluku dan Papua. Selain itu, banyak kebijakan Abdurrahman
Wahid yang ditentang oleh MPR/DPR.
Setelah
Abdurrhman Wahid lengser, Presiden digantikan oleh Megawati Sukarnoputri.
Selama masa pemerintahan Megawati Sukarnoputri banyak aksi-aksi terorisme yang
memakan banyak korban jiwa. Tahun 2004 diselenggarakan pemilihan umum Presiden
langsung untuk yang pertama kalinya oleh seluruh rakyat Indonesia. Tokoh baru
bernama Susili Bambang Yudhoyono dari partai baru bernama Demokrat muncul
sebagai pemenang pemilu saat itu sebagai saingan berat Megawati Sukarnoputri.
Selama pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono banyak terjadi bencana alam yang
bertubi-tubi dan kasus-kasus korupsi di berbagai elemen pemerintahan. Kondisi
Indonesia pada masa kepemimpinan keempat tokoh Presiden tersebut serta
peristiwa dan kasus yang melanda mereke akan dibahas di dalam paper ini.
B.
RUMUSAN
MASALAH
1. Bagaimana
kepemimpinan Presiden tahun 1999-sekarang?
2. Bagaimana
keadaan social politik Indonesia tahun 1999-sekarang?
BAB II
PEMBAHASAN
INDONESIA TAHUN 1999─SEKARANG
Selama
17 bulan menjabat sebagai Presiden ketiga Indoinesia (1998-1999), Habibie
memperkenalkan reformasi yang menjanjikan suatu masyarakat yang lebih
demokratis, adil, dan terbuka. Tetapi, kebobrokan ekonomi yang terus mendera,
kekerasan social, krisis politik yang tiada henti, serta keraguan yang meluas
menyangkut kejujuran dan legitimasi pemerintah merongrong harapan reformasi
tersebut. Peristiwa yang terjadi pada saat itu seperti :
- Kekerasan etnis/agama terjadi di Maluku
- Pemisahan Timor Timur menjadi negara merdeka
melalui referendum yang disponsori oleh PBB; konflik antar pro-kemerdekaan
dan pro-Indonesia menimbulkan banyak korban jiwa.
Pada bulan Januari 1999, Ali Alatas
mengumumkan bahwa, jika usulan otonomi Timor Timur ternyata ditolak, wilayah
tersebut akan diberi kemerdekaan. Habibie sendiri mengatakan bahwa paling
lambat sebelum 1 Januari 2000 dia ingin isu Timor Timur ini tidak lagi
menganggu Indonesia. Menurut pendapatnya, kalau orang Timor Timur tidak mau
tetap bergabung dengan Indonesia, lebih baik mereka merdeka saja. Habibie tidak
mendapat banyak dukungan dari kekuatan-kekuatan politik tingkat nasional untuk
kebijakannya mengenai Timor Timur. Pada bulan Februari 1999, Megawati
Sukarnoputri—yang muncul sebagai salah satu calon kuat pemenang pemilihan umum
yang akan diadakan tahun itu—mengatakan didepan 150.000 para pendukungnya bahwa
Timor Timur adalah bagian dari Indonesia dan bahkan ia tidak akan menerima
pemisahan diri wilayah tersebut dari RI. Pandangan yang sama dikemukakan
Abdurrahman Wahid.
Namun demikian, ABRI tampaknya
memiliki pemikiran yang berbeda. Meskipun bukti-bukti yang ada masih belum
padu, dapat ditarik kesimpulan bahwa para petinggi ABRI telah memutuskan bahwa,
jika suatu referendum menghasilkan suara untuk memisahkan diri, mereka akan
menggerakkan sebuah aksi bumi hangus di Timor Timur. Hal ini kiranya
dimaksudkan sebagai peringatan kepada wilayah-wilayah lain di Indonesia yang
menginginkan otonomi yang lebih besar.
Referendum Timor Timur diadakan pada
tanggal 30 Agustus 1999 dalam suasana damai dan tenang. Sebanyak 446.953 suara
masuk, merepresentasikan 98,6 persen dari seluruh pemilih. Dari 438.968 suara
yang sah, 78,5 persen menginginkan kemerdekaan, dan 21,5 persen sisanya
menghendaki otonomi dalam lingkup negara Republik Indonesia. Begitu hasil
referendum di umumkan, terror dan kekacauan dilancarkan oleh kaum milisi
pro-Indonesia dengan, menurut beberapa laporan, bantuan tentara ABRI yang tidak
berseragam.
Pada tanggal 12 September 1999,
Habibie menyerah pada tekanan internasional dan setuju untuk membuka pintu
masuk bagi pasukan perdamaian PBB ke Timor Timur. Tahap pertama ditandai dengan
masuknya 2.500 pasukan asal Australia, Selandia Baru, Inggris Raya, Thailand,
Singapura, dan Filipina, dibawah komando Australia. Pasukan dari negara lain
datang kemudian. Tidak ada perlawanan. ABRI dan kaum milisi sekutunya menarik
diri. Maka dimulailah suatu periode transisi menuju kemerdekaan bagi Timor
Timur dibawah pengawasan PBB.
Sebelumnya, pada bulan Maret
terdapat demonstrasi besar-besaran di Jakarta yang menyerukan dilancarkannya
jihad (perang suci) untuk mempertahankan kaum Muslim Ambon dari serangan orang
Kristen. Di bulan April, sebuah bom meledak di masjid Istiqlal di Jakarta pada
jam salat. Pada bulan Agustus 1999, menetapkan bahwa konflik di Ambon merupakan
sebuah perang suci bagi kaum Muslim, tetapi mereka mengeluarkan pernyataan ini
tanpa dukungan pendapat legal yang otoritatif. Kekerasan antar umat ini
berlanjut hingga tahun 2001.
Dalam kondisi semacam itu, rakyat
Indonesia bersiap-siap untuk pemilihan umum bebas pertama mereka dalam 44
tahun. Sampai bulan April 1999, total 48 partai politik telah terdaftar.
Sekitar 20 di antaranya secara popular diyakini sebagai partai bentukan
keluarga dan kroni-kroni Suharto, dimaksudkan untuk merusak hasil pemilihan.
Secara resmi, masa kampanye dimulai pada tanggal 19 Mei 1999. Pemilihan umum
berhasil diselenggarakan dengan sedikit sekali gesekan pada tanggal 7 Juni
1999. Yang diperebutkan adalah 462 kursi di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Kedalam
jumlah ini, akan ditambahkan 38 kursi yang disisihkan untuk militer sehingga
menghasilkan jumlah keseluruhan 500 anggota. Kelima ratus kursi DPR nasional
ini akan digabungkan dengan 65 perwakilan kelompok fungsional (dipilih oleh KPU)
dan 135 perwakilan daerah sehingga menghasilkan Majelis Permusyawaratan Rakyat
(MPR) dengan 700 anggota. MPR inilah yang nantinya memilih Presiden.
Sejak Oktober
1999, Habibie digantikan oleh Abdurrahman Wahid sebagai Presiden keempat
Indonesia, dia menduduki kursi kepresidenan hanya sselama 21 bulan. Sebagai
pemimpin, dia menunjukkan kecerdasan yang memukau, kehangatan, keterbukaan,
komitmeen pada pluralisme, dan penentangan terhadap dogmatisme. Proses
pengangkatan Abdurrahman Wahid sebagai Presiden melalui pemilu yang diselenggarakan pada 1999, partai PDI-P pimpinan Megawati Soekarnoputri berhasil meraih suara terbanyak
(sekitar 35%). Tetapi karena jabatan presiden masih
dipilih oleh MPR saat itu,
Megawati tidak secara langsung menjadi presiden. Abdurrahman Wahid, pemimpin PKB, partai dengan suara terbanyak
kedua saat itu, terpilih kemudian sebagai presiden Indonesia ke-4. Megawati
sendiri dipilih Gus Dur sebagai wakil presiden.
Masa pemerintahan Abdurrahman Wahid
diwarnai dengan gerakan-gerakan separatisme yang makin
berkembang di Aceh, Maluku dan Papua. Selain itu, banyak kebijakan
Abdurrahman Wahid yang ditentang oleh MPR/DPR. Berikut kasus-kasus dan
peristiwa-peristiwa selama pemerintahan Abdurrahman Wahid :
Tahun 2000 :
- Skandal Buloggate dan Bruneigate menerpa
pemerintahan Gus Dur
- Kasus pemeriksaan dugaan korupsi mantan presiden
Soeharto kandas
- Papua Barat (yang dulu disebut dengan Irian Jaya)
menuntut referendum seperti Timor Timur.
- 17-21 April - Kerusuhan Poso babak
yang kedua terjadi
- 16 Mei -15 Juni - Kerusuhan Poso masih
terus berlanjut
- 19-23 Juli - Indonesia Terbuka 2000 diselenggarakan di Gelora
Senayan, Jakarta. Indonesia memperoleh medali emas di tunggal dan ganda
putra.
- 1 Agustus - sebuah bom meledak di Kedubes
Filipina di Jakarta. Bom meledak dari sebuah mobil yang diparkir di depan
rumah Duta Besar Filipina, Menteng, Jakarta Pusat. 2 orang tewas dan 21
orang lainnya luka-luka, termasuk Duta Besar Filipina Leonides T Caday.
- 27 Agustus - sebuah bom lainnya meledak di
Kedubes Malaysia di Jakarta. Granat meledak di kompleks Kedutaan Besar
Malaysia di Kuningan, Jakarta. Tidak ada korban jiwa.
- 13 September - bom kembali mengguncang Jakarta.
Kali ini lantai parkir P2 Gedung Bursa Efek Jakarta diledakkan oleh sebuah
bom mobil yang mengakibatkan 10 orang tewas, 90 orang lainnya luka-luka.
104 mobil rusak berat, 57 rusak ringan. (Lihat pula: Bom Bursa Efek Jakarta)
- 24 Desember - serangkaian ledakan bom pada malam
Natal di beberapa kota di Indonesia merenggut nyawa 16 jiwa dan melukai 96
lainnya serta mengakibatkan 37 mobil rusak. (Lihat pula Bom malam Natal 2000)
Tahun 2001 :
- Kekerasan antar etnis Dayak dan Madura terjadi di
Kalimantan
- IMF menghentikan bantuan moneternya
- Pada 29 Januari 2001,
ribuan demonstran berkumpul di Gedung MPR dan meminta Gus Dur untuk
mengundurkan diri dengan tuduhan korupsi dan
ketidak kompetenan. Di bawah tekanan yang besar, Abdurrahman Wahid lalu
mengumumkan pemindahan kekuasaan kepada wakil presiden Megawati Soekarnoputri. Sekitar pukul 20.48, Gus Dur
keluar dari Istana Merdeka. Saat berdiri di ujung teras, Gus Dur malah
sempat melambaikan tangan kepada massa pendukungnya yang berunjuk rasa.
Hanya pohon yang ditebang kelompok pendukung Gus Dur sebagai pelampiasan
emosi.
Abdurrahman Wahid mendorong
pluralisme dan keterbukaan. Dia mengizinkan masyarakat keturuna Cina menganut
Konfusianisme untuk kembali menjalankan upacara dan ibadah mereka secara
terbuka. Masa kepresidenan Abdurrahman Wahid yang penuh kekacauan itu pun berakhir
pada pertengahan 2001. Di DPR, sebuah koalisi terbangun untuk melengserkannya
dari kursi jabatan dengan cara menyelenggarkan siding istimewa MPR. Abdurrahman
Wahid berusaha menghadang langkah ini dengan cara memerintahkan Menteri
Koordinator Bidang Politik, Sosial, dan Keamanan, Susilo Bambang Yudhoyono,
untuk menyatakan negara dalam keadaan darurat, sehingga proses di gedung
parlemen tersebut akan terhenti, tetapi yang disebut belakangan ini menolak
melakukannya dan akhirnya dipecat. Tetapi terlambat sudah bagi Abdurrahman
Wahid untuk menyelamatkan kursi kepresidenannya. Pada bulan Juli, MPR bersidang
dan memberhentikan dia, dan mengankat Megawati Sukarnoputri menjadi Presiden sebagai
Presiden RI yang kelima, lagi-lagi sebagai seorang pemimpin interim. Tetapi,
dalam kaitannya dengan kepemimpinan, Presiden baru ini tidak mampu berbuat
banyak. Berbagai persoalan besar bangsa tetap tak terpecahkan.
Masa kepresidenan Megawati
Sukarnoputri dari tahun 2001 sampai pemilu 2004 ditandai dengan sedikit saja pencapaian,
tetapi setelah kaos selama periode kepemimpinan Abdurrahman dia paling tidak
mampu menyematkan martabat lembaga kepresidenan. Dia dianggap memiliki sikap
yang terlampau dingin dan pasif. Megawati tidak mewarisi karisma dari ayahnya
Sukarno, tidak terlalu kompeten daam urusan administrasi dan kepemimpinan
serta, dalam sikapnya yang pasif dan tertutup, tidak jauh berbeda dengan gaya
Suharto. Suaminya, Taufik Kiemas, dipandang sebagai dalang dibalik panggung
kekuatanya, seorang praktisi politisi dan fasilitator keuangan yang andal.
Megawati menghadapi permasalahan besar yang merupakan warisan pemerintahan
Suharto, krisis ekonomi dan social yang menyertai lengsernya dia dari kursi
kepresidenan, dan kegagalan Habibie serta Abdurrahman untuk mengatasi hal ini.
Korupsi merajalela dan bahkan lebih buruk daripada di masa pemerintahan
Suharto. Permasalahan-permasalahan social semakin diperparah oleh pertumbuhan
penduduk yang terus terjadi. Dari hasil sensus tahun 2000 melaporkan jumlah
penduduk total Indonesia adalah 203,5 juta jiwa. Posisi ekonomi masyarakat menengah perkotaan membaik, tetapi
bagi banyak rakyat Indonesia tidak tersedia pekerjaan yang memadai dan
kemiskinan pun meluas.
Dalam sejarah pemerintahan Megawati,
lembaga kepresidenan Indonesia pada masa desentralisasi sangat berbeda dari
lembaga yang sangat berkuasa dibawah Suharto. Desentralisasi Indonesia,
sebagaimana diatur dalam sebuah undang-undang berangka tahun 1999 dan mulai
berlaku sejak Januari 2001, dengan cepat mengubah negara Indonesia dari sebuah
negara yang paling sentralistik di dunia menjadi salah satu negara paling
desentralistik. Kecuali untuk pertahanan, urusan luar negeri, peradilan,
masalah-masalah keuangan, dan keagamaan, semua fungsi pemerintahan dan anggaran
yang menyertainya didesentralisasi ke pemerintah daerah.
Tantangan selanjutnya yang dihadi
Megawati bertambah besar ketika terorisme menjadi sebuah isu dunia besar.
Berikut beberapa kasus terorisme selama pemerintahan Megawati :
23 September 2001– 12 hari setelah 9/11, sebuah bom meledak
di kawasan Plaza Atrium, Senen, Jakarta.
12 Oktober 2001 – sebuah ledakan bom mengakibatkan kaca, langit-langit, dan neon sebuah restoran cepat saji KFC di Makassar pecah. Tidak ada korban jiwa. Sebuah bom lainnya yang dipasang di kantor MLC Life cabang Makassar tidak meledak.
6 November 2001– sebuah bom rakitan meledak di halaman Australian International School (AIS), Pejaten, Jakarta.
12 Oktober 2001 – sebuah ledakan bom mengakibatkan kaca, langit-langit, dan neon sebuah restoran cepat saji KFC di Makassar pecah. Tidak ada korban jiwa. Sebuah bom lainnya yang dipasang di kantor MLC Life cabang Makassar tidak meledak.
6 November 2001– sebuah bom rakitan meledak di halaman Australian International School (AIS), Pejaten, Jakarta.
12 Oktober 2002 – Sebuah klub malam di daerah Pantai
Kuta dibom, 202 orang yang mayoritas turis meninggal, 300 lebih luka-luka.
Sebuah bom lainnya meledak di dekat konsul AS di Pantai Sanur yang tidak
menimbulkan korban. Pada saat yang bersamaan, di Manado, Sulawesi Utara, bom
rakitan juga meledak di kantor Konjen Filipina, tidak ada korban jiwa.
Sesaat setelah pengeboman Abu Bakar Baasyir ditangkap. Ia dituduh berniat untuk menggulingkan pemerintahan Indonesia dengan posisinya sebagai pemimpin spiritual Jamaah Islamiyah (JI), kelompok yang disangka berada di balik pengeboman Bali.
Sesaat setelah pengeboman Abu Bakar Baasyir ditangkap. Ia dituduh berniat untuk menggulingkan pemerintahan Indonesia dengan posisinya sebagai pemimpin spiritual Jamaah Islamiyah (JI), kelompok yang disangka berada di balik pengeboman Bali.
5 Desember
2002 – bom rakitan yang dibungkus wadah pelat baja meledak di restoran
McDonald’s cepat saji di Makassar, setahun setelah pengeboman KFC di kota yang
sama. 3 orang tewas dan 11 luka-luka.
3 Februari 2003 – sebuah bom rakitan meledak di lobi Wisma Bhayangkari, Mabes Polri Jakarta. Tidak ada korban jiwa.
3 Februari 2003 – sebuah bom rakitan meledak di lobi Wisma Bhayangkari, Mabes Polri Jakarta. Tidak ada korban jiwa.
5 Agustus
2003 – Sebuah bom mobil meledak di depan Mariott Hotel di Jakarta.
Saat pemerintahan Megawati bulan Desember
2002, Pemerintah Indonesia dan GAM menandatangani kesepakatan damai di Jenewa,
Swiss, dengan tujuan untuk mengakhiri konflik bersenjata selama lebih dari 26
tahun. Kesepakatan itu menyetujui otonomi Aceh dan pemilihan umum yang bebas di
provinsi yang hampir semuanya beragama Islam tersebut; sebagai balasannya GAM
harus menyerahkan seluruh senjatanya. Akan tetapi pada tanggal 19 Mei 2003–
Pembicaraan damai antara Pemerintah Indonesia dan GAM gagal sebagian karena
militer Indonesia melakukan serangan ofensif ke kubu gerilyawan GAM. Darurat
militer diberlakukan di provinsi Aceh.
Memasuki pada tahun 2004 tanggal Pada
tanggal 5 april diselenggarakan pemilu anggota DPR, DPD, dan DPRD Indonesia
2004. Pemilu parlementer dan daerah suara terbanyak diperoleh Golkar dan
disusul oleh PDI-P. Pada bulan tanggal 5 Juli tahun 2004 diselenggarakan pemilu
Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia periode 2004-2008. Pada pemilu
2004, Megawati menyatakan pemerintahannya berhasil dalam memulihkan ekonomi
Indonesia, dan pada 2004 maju ke pemilu 2004 dengan harapan untuk terpilih
kembali sebagai presiden. Ujian berat dihadapi Megawati untuk membuktikan bahwa
dirinya masih bisa
diterima mayoritas penduduk Indonesia. Dalam kampanye, seorang calon dari
partai baru bernama Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono muncul sebagai
saingan Megawati. Partai Demokrat yang sebelumnya kurang dikenal,
menarik perhatian masyarakat dengan pimpinannya, Yudhoyono, yang karismatik dan
menjanjikan perubahan kepada Indonesia. Pemilihan putaran pertama menyisihkan
kandidat lainnya sehingga yang tersisa tinggal Megawati dan SBY. Mantan
jenderal SBY memenangi pemilihan presiden putaran kedua, sebagian disebabkan
karena ketidakpercayaan pemilih terhadap Megawati.
Sembilan bulan pertama tahun 2004 ditandai dengan
berbagai aktivitas politik menyambut pemilihan umum untuk menentukan anggota
dewan dan presiden. Pemilihan umum untuk memilih DPR yang berjumlah 550 kursi (kini semuanya
dipilih oleh rakyat), DPRD provinsi, kabupaten, dan kotamadya, dan anggota
sebuah lembaga nasional yang baru, DPD (Dewan Perwakilan Daerah) yang
beranggotakan 128 orang, digelar pada bulan April. DPD dipandang sebagai
sejenis senat, walaupun pada waktu selanjutnya ia masih harus berjuang untuk
menentukan perannya yang jelas dalam kehidupan perpolitikan Indonesia. MPR—yang
digunakan Soeharto untuk melegitimasi kepresidenan dan berbagai
kebijakannya—kini terdiri dari DPR dan DPD yang duduk bersama dan, karenanya,
merupakan sebuah lembaga yang sepenuhnya dipilih sepenuhnya oleh rakyat. MPR
tidak akan lagi berhak untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden, yang akan
dipilih secara langsung oleh rakyat.
Pemilihan
umum April ini membutuhkan dukungan logistik yang luar biasa besar. Jumlah pemilih
keseluruhan 147 juta, terdapat hamper 450.000 kandidat yang bersaing dan
sekitar 585.000 tempat pemungutan suara, serta lebih dari 600 juta kertas suara
harus dicetak. Komisi pemilihan umum sebagian besar diawaki oleh kalangan
aktivis masyrakat sipil, yang dipandang akan mampu menggawangi pemilihan umum
yang jujur dan adil. Terlepas dari munculnya beberapa persoalan, pemulihan umum
berlangsung bebas, adil, dan damai. Meskipun demikian, prosesnya tidak
sepenuhnya terbebas dari korupsi, yang akhirnya mengakibatkan beberapa anggota
komisi pemilihan umum terseret ke meja hijau dan dijatuhi hukuman.
Hasil
pemilihan umum parlemen pada bulan April 2004 di tingkat nasional adalah
sebagai berikut (dengan mengabaikan beberapa inkonsistensi yang sifatnya minor
dalam berbagai tabulasi hasil yang ada).
Partai
|
Suara sah
|
% suara sah
|
Kursi parlemen
|
% kursi parlemen
|
Golkar
|
24.480.757
|
21,6
|
128
|
23,3
|
PDIP
|
21.026.629
|
18,5
|
110
|
20,0
|
PKB
|
11.989.564
|
10,6
|
53
|
9,6
|
PPP
|
9.248.764
|
8,2
|
57
|
10,4
|
Demokrat
|
8.455.225
|
7,5
|
58
|
10,5
|
PKS
|
8.325.020
|
7,3
|
45
|
8,2
|
PAN
|
7.303.324
|
6,4
|
54
|
9,8
|
Lain-lain
|
22.633.131
|
19,9
|
45
|
8,2
|
Total
|
113.462.414
|
100,0
|
550
|
100,0
|
Ada
beberapa hasil yang layak diperhatikan. Dukungan untuk PDIP pimpinan Megawati
menurun secara drastis dari 33,7 persen pada pemilu tahun 1999 menjadi 18,5
persen pada tahun 2004. Namun demikian, dukungan untuk Golkar tetap cukup
stabil : 22,4 persen pada tahun 1999, 21,6 persen pada tahun 2004. PKB yang
dipimpin oleh Abdurrahman Wahid menurun dari 12,6 persen (1999) menjadi 10,6
persen (2004), tetapi tetap menjadi sebuah parati politik yang signifikan.
Beberapa partai baru muncul sebagai kekuatan yang berarti, khususnya Partai
Demokrat yang dipimpin oleh Susilo Bambang Yudhoyono, yang memperoleh 7,5 persen, dan Partai
Keadilan Sejahtera (PKS), yang memenangkan 7,3 persen. PKS merupakan sebuah
partai yang dilandaskan pada Islam fundamentalis, namun dalam kampanye
pemilunya tidak mengusung isu-isu Islam tapi penentangan terhadap korupsi dan
tuntutan akan keadilan dan kesejahteraan yang lebih merata. Di dalam pemilihan
anggota DPRD di Jakarta, PKS bahkan muncul sebagai partai terbesar karena
mendulang hamper seperempat dari seluruh suara.
Masih
terdapat tanda-tanda loyalitas politik yang berbeda antara luar Jawa dan Jawa,
dimana Golkar lebih kuat di kawasan yang disebut pertama. Partai ini memperoleh
70 (55 persen) dari 128 kursi di DPR-nya dar luar Jawa, semetara PDIP
mendapatkan 72 (66 persen) dari 110 kursinya dari konstituennya di Jawa. Kaum
perempuan masih belum terwakili secara baik. Terlepas dari harapan bahwa 30
persen dari kandidat yang diajukan partai adalah kaum perempuan, pada akhirnya
hanya 12 persen dari anggota dewan yang terpilih adalah dari kaum tersebut
(1999: 9 persen). Persentasi anggota DPR perempuan di antara partai-partai
besar adalah 14 persen untuk Golkar dan Partai Demokrat serta 13 persen untuk
PAN dan PKB. Walaupun 40 persen dari kandidat yang diajukan PKS merupakan kaum
perempuan, hanya tiga (7 persen) dari calonnya yang terpilih sebagai anggota
DPR adalah perempuan. Di DPD, 21 persen anggotanya adalah kaum perempuan.
Untuk
kali pertama dalam sejarah Indonesia, Presiden dan Wakil Presiden dipilih
langsung oleh rakyat. Pemilihan ini dilaksanakan dalam dua putaran pada bulan
Juli dan September 2004. Di putaran pertama, semua pasangan calon calon
Presiden dan Wakil Presiden diisi oleh satu orang dengan latar belakang Islam
yang Kuat. Wiranto menjadi calon Presiden dari Golkar, Megawati Sukarnoputri
dari PDIP, Amien Rais dari PAN, Susilo Bambang Yudhoyono dari Partai Demokrat,
dan Hamzah Haz dari PPP. Lebih dari 155 juta pemilih terdaftar untuk mencoblos
dalam pemilihan yang sekali lagi berlansung jujur dan adil ini. Megawati
memenangi 26,6 persen suara sementara Susilo Bambang Yudhoyono 33,6 persen. Maka,
dalam pemilihan bulan September keduanya saling bersaing. Berikut Hasil Akhir Pemilihan Presiden RI Putaran 1
tgl. 5 Juli 2004.
Sumber data : KPU.Ranking
Pasangan Capres
|
Suara
|
Persen
|
1.
Susilo B.Y. - J. Kalla
|
36.070.622
|
33.58 %
|
2.
Megawati - Hasyim M.
|
28.186.780
|
26.24 %
|
3.
Wiranto-Sallahudin W.
|
23.827.512
|
22.19
|
4.
Amien Rais - Siswono Y.H.
|
16.042.105
|
14.94 %
|
5.
Hamzah H. - Agum G
|
3.276.001
|
3.05 %
|
Jumlah suara
|
107.403.020
|
100%
|
Dengan
demikian pasangan Susilo B. Yudhoyono / Jusuf Kalla dan Megawati / Hasyim Muzadi
berhak maju ke putaran ke 2 pemilihan Presiden tgl. 20 September 2004.
Rekapitulasi
Surat Suara
Surat Suara Jumlah
Sah 107.403.020
Tidak sah 2.746.937
Pendaftaran
tambahan 470.337
Rusak 1.200.397
Tidak
terpakai / Golput (?) 30.181.391
Hasil Final Pemilu Presiden Ke 2 Tgl. 20 September 2004
Presiden RI
Terpilih Periode 2004 – 2009
69.266.350 44.990.704
Susilo B.Y. - J. Kalla Megawati - Hasyim M.
Rekapitulasi
Suara :
Jumlah Suara
Sah : 114.256.054
Jumlah Suara
Tidak Sah : 2.405.651
Total Suara
Nasional : 116.662.705
Sumber data
: Keputusan KPU, Senin 4 Okt. Jam 16.30 wib
Penting
untuk dicatat bahwa dalam pemilihan Presiden bulan Juli, sangat banyak pemilih
tidak mendukung calon yang diusung oleh partai yang mereka pilih pada bulan
April, tetapi malah beralih ke kandidat lain. Hal ini menegaskan bahwa pemilih
Indonesia sangat individualis dalam pengambilan keputusan mereka dan tidak mau
tunduk pada seruan loyalitas yang didengung-dengungkan oleh para pemimpin
partai dan kalangan yang disebut pemegang otoritas tradisional seperti tokoh
agama. Demokrasi baru Indonesia, dengan kata lain, telah meresap dalam hingga
ke tingkatan akar rumput. Banyak pemilih terdaftar juga tidak menggunakan
haknya dalam pemilihan umum tahun 2004 ini : 16 persen pada bulan April, hamper
20 persen pada bulan Juli dan mendekati 24 persen pada bulan September, mungkin
mencerminkan kelelahan mereka untuk mengikuti tahap pemilihan yang panjang
tersebut.
Dalam
putaran terakhir pemilihan Presiden pada bulan September 2004, 153,3 juta
pemilih terdaftar dan 116,7 juta di antaranya mencoblos. Susilo Bambang
Yudhoyono dan Wakil Presidennya, Jusuf Kalla (lahir tahun 1942), keluar sebagai
pemenang dengan 60,6 persen suara. Mereka memenangi pemilihan di hampir setiap
provinsi kecuali Bali, Nusa Tenggara Timur, dan Maluku. Peralihan politik
tersebut sempat dibumbui oleh sikap kurang legawa dari pihak Megawati,
seakan-akan dia tidak dapat membayangkan bahwa rakyat Indonesia akan memilih
orang lain kecuali dirinya. Tetapi, transisi tersebut berjalan damai dan Susilo
Bambang Yudhoyono—secara luas dikenal dengan panggilan akronimnya,
SBY—mengambil alih pemerintahan sebagai Presiden Republik Indonesia yang keenem
(2004-9). Dia memiliki mandat rakyat yang paling kuat dari semua Presiden dalam
sejarah Indonesia. Baru beberapa minggu sesudah menjadi Presiden, SBY harus
menghadapi salah satu bencana alam dan kemanusiaan yang paling dahsyat yang
pernah melanda negerinya.
Sejak kenaikan SBY menjadi presiden, Indonesia mengalami musibah bencana
alam yang hebat dan kecelakaan-kecelakaan transportasi yang datangnya
bertubi-tubi. (gempa dan tsunami Aceh, bencana gunung merapi dan gempa
Yogyakarta, lumpur lapindi brantas, jatunya pesawat Adam Air, bom di dekat
kedutaan besar Australia, BOM diri meledak di Bali, kecelakaan karena
terputusnya rangkaian kereta api bengawan jurusan solo-tanahabang 5 tewas
ratusan luka-luka, banjir di Jakarta, angin lesus menerjang lempuyangan
Yogyakarta, terbakarnya KM Levina I jurusan tanjung priok-pangkal baham, gempa
bumi di padang sumbar, kecelakaan pesawat Garuda Indonesia penerbangan 200,
gempa bumi lepas pantai dekat Bengkulu, KM Asita III tenggelam, gempa bumi di
Simeulue Aceh, tragedy pasuruan-pembagian zakat, dll.)
Pada tanggal 10 Desember 2004 - SBY
resmi memerangi korupsi di Indonesia dengan mengeluarkan izin pemeriksaan 25
pejabat negara, diantaranya 2 gubernur KDH, 7 anggota DPR/ MPR, 4 bupati KDH
dan 2 walikota. Mulai saat itu Kesangsian sebagian masyarakat, terhadap SBY
untuk memberantas korupsi mulai memudar. Pernyataannya yang konsisiten
diberbagai media cetak elektronik cukup menggembirakan. SBY juga tidak
melakukan intervensi kekuasaan pada aparat penegak hokum perlu diapresiasi.
Ketakutan bahkan gerah telah dirasakan oleh para pejabat Negara yang korup
sejak program pemberantasan korupsi presiden SBY gencar dilakukan. Kejaksaan
Agung RI dan peran KPK telah menjadi andalan perang kejahatan korupsi. Greget
perang melawan korupsi semakin gencar terutama ketika jaksa Urip Tri Gunawan
tertangkap tangan KPK. Pada saat itu, Ayin (Arthalita) menyerahkan uang tunai
sebesar US$ 6000 atau sekitar 5,8 miliar diduga sebagai uang jasa meloloskan
kasus bank BLBI. Langkah KPK mencokot jajaran Kejaksaan Agung menimbulkan
goncangan dahsyat psikologis cukup hebat. 22 Juni - Tiga mantan direktur Bank
Indonesia, yaitu Heru Supraptomo, Hendro Budiyanto, dan Paul Sutopo, akhirnya
dijebloskan ke penjara setelah Mahkamah Agung memutuskan bahwa mereka bersalah
dalam kasus korupsi BLBI. Dalam
kasus yang merugikan negara lebih dari 2 trilyun ini, mereka bertiga hanya
dihukum 1,5 tahun penjara.
Pada tanggal 26 Desember 2004
terjadi gempa bumi dan Tsunami. Lebih dari 220ribu jiwa di ujung utara pulau
Sumatra, Indonesia, dinyatakan hilang atau meninggal setelah provinsi Aceh
disapu oleh badai tsunami raksasa pada malam Natal 2004.
Pada tanggal 1 maret 2005, meski
ditolak DPR, harga BBM resmi naik rata-rata sebesar 29% kecuali untuk minyak
tanah rumah tangga yang tetap Rp 700/liter. Tanggal 3 maret 2005, pengadilan
Indonesia memutuskan Abu Bakar Baasyir bersalah dalam tuduhan konspirasi
pengeboman Bali dan dihukum penjara dua setengah tahun. Ia kemudian dibebaskan
Juni 2006, satu separempat tahun kemudian.
Pada tanggal 17 Juli 2005,
Pemerintah Indonesia mencapai kesepakatan damai dengan kelompok separatis Aceh,
Gerakan Aceh Merdeka. Tanggal 15 Agustus 2005 - Pemerintah Indonesia dan GAM
kembali duduk di meja perundingan yang diketuai oleh Martti Ahtisaari. Setelah
terjadinya Tsunami yang meluluh-lantakkan Aceh, GAM akhirnya setuju untuk
menyerahkan seluruh senjatanya dan pemerintah Indonesia setuju untuk menarik
seluruh tentara Indonesia, memberikan otonomi, dan pemilihan langsung boleh
diselenggarakan. Perjanjian damai berhasil ditandatangani dan secara resmi
mengakhiri gerakan separatis GAM di Helsinki, ini mengakhiri sebuah konflik
yang telah memakan korban sekitar 15ribu jiwa. Disetujui sebuah gencatan
senjata; GAM akan menyerahkan senjata-senjatanya dan menerima kedaulatan
Indonesia; sebagai balasannya, orang Aceh dibolehkan mendirikan partai-partai
politik local, satu-satunya daerah dimana partai local diperbolehkan di
Indonesia. 31 Agustus 2005- Pemerintah Indonesia membebaskan 200 tahanan GAM,
tindakan yang merupakan bagian dari ditandatanganinya persetujuan perdamaian.
15 September 2005- Aceh Monitoring Mission (AMM)
memulai tugasnya memantau proses damai di Aceh. GAM memulai penyerahan senjata
tahap pertama sebagai bagian dari Nota Kesepahaman (MoU) perdamaian di
Banda Aceh kepada tim dari AMM. Badan ini nantinya dibubarkan Desember 2006.
Pada tanggal akhir Mei 2006 – terjadi bencana gunung
merapi dan Gempa bumi hebat berkekuatan 6,3 skala richter kembali terjadi di
Indonesia, kali ini mengenai kawasan Yogyakarta dan sekitarnya di pulau Jawa
dan mengakibatkan enam ribu orang lebih meninggal dunia. Tanggal 27 Mei 2006 –
PT.Lapindo brantas yang dimiliki secara mayoritas oleh pengusaha pribumi
Aburizal Bakrie, Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat, melakukan pengeboran
di dekat kota Sidoarjo untuk mencari gas. Pada kedalaman sekitar 1800 meter,
air, uap, dan gas meledak. Tak lama kemudian muncullah gunung api lumpur yang
mengeluarkan aliran lumpur lebih darei 150.000 meter kubik setiap harinya. 27 Januari 2008- Mantan
presiden Soeharto meninggal dunia karena komplikasi kesehatan.
Mulai tahun 2009, tanggal 9
April diselenggarakan
Pemilihan umum anggota DPR, DPD, DPRD dilakukan secara
serentak di seluruh Indonesia. Pemenangnya adalah Partai Demokrat Golkar dan
PDIP. Selanjutnya
pada tanggal 8 Juli 2009,
Pemilihan umum presiden dan wakil presiden dilakukan
secara serentak di seluruh Indonesia. Pemenangnya adalah Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono-Boediono dalam masa jabatan 2009-2014.
Dan SBY menjadi Presiden kembali.
Sedangkan
pada tahun 2009 sampai sekarang (2012) di Indonesia banyak terjadi bencana
alam, kecelakaan, kerusuhan serta kasus korupsi di elemen-elemen pemerintahan
ataupun kejaksaan yang seharusnya menegakkan hukum. Berikut peristiwa-peristiwa
yang terjadi di Indonesia sejak 2010 sampai sekarang :
•
Terjadi
bencana alam, seperti: 25 Oktober 2009 - Gempa berkekuatan 7.7 skala Richter disertai tsunami
mengguncang Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat. Gempa ini mengakibatkan 286
orang tewas, 252 orang luka berat, 200 hilang.
•
Banyak
terjadi kasus, seperti: 14 April 2010– Kerusuhan terjadi di Koja, tepatnya di areal makam Mbah
Priok dan sekitarnya, melibatkan Satpol PP dan warga, mengakibatkan sedikitnya
tiga orang tewas dan ratusan luka-luka.
•
1
Mei
2010 – Dimulainya Sensus Penduduk
Indonesia 2010. Awalnya sensus ditargetkan selesai pada 31 Mei 2010. Namun pada
tanggal 31 Mei 2010, BPS memperpanjang waktu sensus hingga tanggal 15 Juni
2010.
•
29
Juni 2010– Sebuah kecelakaan menimpa Kereta Api Logawa jurusan
Purwokerto-Jember yang terjadi di antara wilayah Saradan – Wilangan. Kecelakaan
ini mengakibatkan 6 penumpang tewas dan 73 penumpang lainnya luka-luka.
•
18
Agustus
2010 – Sebuah perampokan terjadi di
Kota Medan, Sumatera Utara yaitu di Bank CIMB Niaga cabang Medan Aksara Jl. AR
Hakim, Medan. Bank ini disatroni kawanan perampok berjumlah kurang lebih 16
orang dan perampok sadis yang menewaskan seorang Brimob itu pun masih diburu.
•
29
Juni – Sebuah kecelakaan menimpa Kereta Api Logawa jurusan Purwokerto-Jember
yang terjadi di antara wilayah Saradan – Wilangan. Kecelakaan ini mengakibatkan
6 penumpang tewas dan 73 penumpang lainnya luka-luka.
•
18
Agustus – Sebuah perampokan terjadi di Kota Medan, Sumatera Utara yaitu di Bank
CIMB Niaga cabang Medan Aksara Jl. AR Hakim, Medan. Bank ini disatroni kawanan
perampok berjumlah kurang lebih 16 orang dan perampok sadis yang menewaskan
seorang Brimob itu pun masih diburu.
Selain
peristiwa-peristiwa tersebut, banyak juga terjadi konflik di Indonesia, seperti
:
6 Februari – Terjadi penyerangan oleh warga Cikeusik
terhadap jemaah Ahmadiyah di Desa Umbulan, Cikeusik, Pandeglang, Banten. Akibat
penyerangan ini, diperkirakan antara tiga atau enam orang tewas, sementara dua
mobil, satu motor, dan satu rumah, hancur diamuk massa.
8 Februari – Aksi anarkis terjadi kembali. Tiga gereja di Temanggung, Jawa Tengah dibakar massa.6 Februari – Terjadi penyerangan oleh warga Cikeusik terhadap jemaah Ahmadiyah di Desa Umbulan, Cikeusik, Pandeglang, Banten. Akibat penyerangan ini, diperkirakan antara tiga atau enam orang tewas, sementara dua mobil, satu motor, dan satu rumah, hancur diamuk massa.
8 Februari – Aksi anarkis terjadi kembali. Tiga gereja di Temanggung, Jawa Tengah dibakar massa.
8 Februari – Aksi anarkis terjadi kembali. Tiga gereja di Temanggung, Jawa Tengah dibakar massa.6 Februari – Terjadi penyerangan oleh warga Cikeusik terhadap jemaah Ahmadiyah di Desa Umbulan, Cikeusik, Pandeglang, Banten. Akibat penyerangan ini, diperkirakan antara tiga atau enam orang tewas, sementara dua mobil, satu motor, dan satu rumah, hancur diamuk massa.
8 Februari – Aksi anarkis terjadi kembali. Tiga gereja di Temanggung, Jawa Tengah dibakar massa.
Disamping kasus kerusuhan ataupun bencana alam yang
terjadi tak lupa kasus korupsi pun makin menjadi-jadi. Salah satu contohnya
adalah
kasus korupsi Wisma Atlet SEA Games
di Palembang, Sumatera Selatan yang melibatkan beberapa anggota
dari parati Demokrat seperti Nazarudin, Angelina Sondakh, Anas Urbaningrum,
dll. Tidak hanya kalangan eksekutif
dan legislatif, korupsi telah menjalar pula ke kalangan yudikatif. Selama tahun
2011 tercatat beberapa hakim dan jaksa yang ditangkap KPK.
Tidak luput juga tentang kasus
gejolak dan kekisruhan di Papua. Pertama, yang bisa dikatakan sebagai fenomena baru, yakni
gejolak yang terkait dengan perebutan kekuasaan dalam Pilkada. Misalnya, pada
31 Juli lalu terjadi konflik antar warga terkait pilkada di kawasan Ilaga,
Kabupaten Puncak Jaya. Akibatnya, 20 orang tewas.
Kedua, konflik terkait PT Freeport Indonesia (PTFI). Ketiga, terjadinya berbagai kasus penembakan yang menyasar karyawan PTFI,
karyawan kontraktor PTFI, pendulang emas, masyarakat umum dan aparat baik
kepolisian maupun TNI. Dan untuk peristiwa yang terakhir
dan disebut-sebut akhir-akhir ini yaitu kecelakaan jatuhnya pesawat Sukhoi
Super Jet 100 di Gunung Salak.
BAB
III
PENUTUP
KESIMPULAN
Sejak
Soeharto lengser dan digantikan oleh BJ Habibie pada tahun 1998-1999. Masa
kepresidenan Habibie hanya berlangsung selama 1 tahun saja karena banyaknya
konflik-konflik yang melada Indonesia saat itu. Kekacauan karena adanya
konflik-konflik antar etnis maupun agama terjadi di banyak tempat di Indonesia
yang mengakibatkan para korban mengungsi di negari sendiri. Adanya kasus
pemisahan wilayah Timor Timur pada saat itu semakin membuat posisinya di kursi
kepresidenan melemah. Kebijakan-kebijakan masa Habibie dianggap gagal dalam
mempertahankan keutuhan NKRI.
Disaat
bersamaan saat kondisi Indonesia kacau karena banyaknya kerusuhan, rakyat
sedang mempersiapkan pemilu yang pertama. Pemilu dimenangkan Megawati
Sukarnoputri tetapi Abdurrahman Wahidlah yang menjadi Presiden karena saat itu
Presiden masih dipilih oleh MPR. Abdurrahman Wahid hanya bias bertahan selama
21 bulan karena banyaknya masalah sosial seperti kerusuhan Poso serta kasus
lainnya yang mengakibatkan ia diberhentikan melalui siding MPR lalu digantikan
oleh Megawati. Keadaan sosial dan ekonomi masa Megawati bertambah kacau
pasalnya aksi terror bom yang menewaskan banyak orang banyak terjadi
dimana-dimana serta pertumbuhan penduduk meningkat pesat. Dalam bidang ekonomi,
rakyat banyak yang menganggur karena ketidak sediaan lapangan pekerjaan dan
juga maraknya kasus korupsi bahkan melebihi pada masa Suharto dulu.
Pada
tahun 2004 diselenggarakan pemilu Presiden untuk yang pertama kalinya di
Indonesia oleh rakyat. SBY menjadi saingan terberat Megawati yang ingin maju
lagi menjadi Presiden. Akan tetapi sepertinya rakyat tidak percaya lagi dengan
Megawati, dan hasil pemilu dimenangkan oleh SBY dari Partai Demokrat. SBY
menjadi Presiden selama 2 periode 2004-2008 dan 2009-2014 (saat ini). Selama
pemerintahan SBY, banyak terjadi kasus dalam kehidupan sosial, ekonomi ataupun
politik yang terjadi. Kebanyakan masalah sosial karena banyaknya bencana alam
mulai dari tsunami di Aceh, dll juga di banyak daerah terjadi
kerusuhan-kerusuhan. Kasus yang paling banyak disoroti yaitu kasus korupsi yang
melibatkan banyak pihak dari kalangan politikus ternama dan dari elemen-elemen
pemerintahan serta kejaksaan.
DAFTAR
PUSTAKA
Thontowi, Jawahir.
2009. Penegakkan Hukum & Diplomasi
Pemerintahan SBY. Yogyakarta: Penerbit Leutika
Prasojo, Eko. 2009.
Reformasi Kedua. Jakarta: Penerbit Salemba Humanika.
Lesmana M.A., Prof. Dr. Tjipta. 2009. Dari
Soekarno sampai SBY : Intrik & lobi Politik Para Penguasa. Jakarta :
Gramedia
Kencana Syafiie, Inu, Azhari. 2005.
Sistem Politik Indonesia. Bandung : PT.Refika Aditama
Tidak ada komentar:
Posting Komentar